Guru adalah peran yang sangat penting dalam peradaban manusia. Guru menjadi pencetak generasi penerus umat manusia. Guru mengajar dengan asal-asalan dan tidak profesional beresiko menghasilkan generasi penerus yang rusak dan selanjutnya akan menghancurkan peradaban masyarakat. Sehingga guru yang profesional mutlak diperlukan.
Selain
itu, dari sudut pandang Islam, profesionalisme adalah keharusan bagi
tiap profesi dan pengampu amanah. Rasulullah SAW pernah bersabda: “Jika
urusan diserahkan pada yang bukan ahlinya, maka tunggulah
kehancurannya.”. Maka sebagai muslim, selayaknya kita berusaha
profesional dalam setiap urusan termasuk jika kita berprofesi sebagai
guru.
1. Meluruskan Niat
Dalam
konsep Islam, niat adalah hal yang penting dalam setiap pekerjaan
(amal), apakah itu amal ibadah, amal keseharian, maupun profesi.
Rasulullah bersabda: “Amal-amal itu hanya bergantung kepada niatnya dan
setiap orang yang beramal hanya akan mendapatkan sesuai apa yang
diniatkannya” (Riyadhus-Shalihin Bab I Hadits 1). Oleh karena itu,
sebagai muslim kita harus meluruskan niat kita, termasuk dalam profesi
kita sebagai guru. Niatkan hanya lillahi Ta’ala.
Dengan niat yang ikhlas hanya untuk mencari redha-Nya, secara sukarela
kita akan berusaha untuk meningkatkan kualitas pengajaran kita. Karena
kita yakin bahwa apa yang kita lakukan adalah untuk persembahan kepada
Alloh sehingga kita mempersembahkan apa yang terbaik bagi kita.
2. Membetulkan Motivasi
Motivasi
yang paling baik, sepengetahuan saya adalah melakukan sesuatu untuk
aktualisasi diri. Secara sederhana, aktualisasi diri dirumuskan dalam
kalimat: “do what you love and love what you do”
atau “lakukanlah apa yang kamu sukai dan sukailah apa yang kamu
lakukan”. Artinya, pekerjaan terbaik yang kita tekuni adalah yang kita
sukai. Maka, sebelum memasuki profesi guru ada baiknya kita nilai,
apakah kita mencintai kegiatan mengajar dan mendidik. Jika tidak
sebaiknya kita tidak berkecimpung di profesi pendidikan.
Tetapi jika
kita memang memiliki tekat untuk menjadi seorang guru atau pendidik,
atau misalnya kita sudah terlanjur berkecimpung di profesi guru, maka
kita bisa berusaha sedikit demi sedikit mencintai kegiatan mendidik dan
mengajar tersebut. Para leluhur kita di Jawa meyakini bahwa rasa cinta
itu bisa dipelajari. Kata mereka, “Witting tresna jalaran saka kulina” atau
artinya adalah “Cinta itu datang karena karena sudah
terbiasa/mengenal”. Maka kita bisa mulai menari tahu apa keuntungan
kegiatan mengajar dan mendidik bagi kita, apa manfaatnya bagi orang
lain, kemudian kita berdoa kepada Alloh agar menjadikan kita mencintai
kegiatan mengajar. InsyaAlloh dengan usaha, lama kelamaan akan tumbuh
rasa cinta pada profesi pendidikan.
Kenapa
perlu rasa suka pada profesi guru jika ingin menjadi guru yang
profesional? Karena jika kita telah suka pada suatu hal, kita akan
sukarela mempersembahkan yang terbaik bagi hal tersebut. Jika kita suka
mengajar, kita akan secara sukarela berusaha untuk mengajar dengan baik.
Selain itu, jika kita menemukan kesulitan, kita tidak akan mudah patah
semangat. Sehingga kita terus melakukan peninggakatan kualitas
pengajaran menuju profesionalisme.
3. Mempelajari Materi Ajar Tanpa Henti
Menjadi
guru bukan berarti berhenti dari belajar, terlebih materi yang
diajarkan. Sebagai guru kita harus meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan kita tentang materi yang kita ajarkan. Jika guru paham betul
materi ajarnya, ia akan lebih mudah mencari penjelasan yang gamblang tetapi
sederhana kepada muridnya. Selain itu guru yang faham betul meteri
ajarnya akan mudah mencari perumpamaan-perumpaan nyata untuk mempermudah
penjelasannya kepada murid. Murid tentu akan lebih mudah menangkap
penjelasan yang sederhana daripada penjelasan yang njelimet.
Selain itu, guru juga harus mengikuti perkembangan-perkembangan terkini tentang materi yang diajarkannya (updating). Updating perkembangan
terbaru tentang ilmu yang diajarkan akan meningkatkan dan memperdalam
pemahaman guru tentang ilmu tersebut. Pengetahuan yang up to date juga
akan menghindarkan guru dari penjelasan yang salah kepada murid. Selain
itu, saat murid mencari bahan materi yang diajarkan dari sumber selain
guru, misal dari internet atau dari buku, ia tidak akan menemukan
penjelasan yang bertentangan dengan penjelasan gurunya.
4. Menerapkan Materi Ajar Dalam Kehidupan Sehari-hari
Mengamalkan
materi ajar maksudnya adalah menerapkan apa yang diajarkan kepada murid
dan esensi ilimu tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari guru. Misal
seorang guru yang mengajarkan PPKN, maka dalam kehidupan sehari-harinya
guru tersebut harus menerapkan tenggang rasa, naisonalisme, kesadaran
akan hak dan kewajiban. Mungkin ada pertanyaaan, lalu bagaimana dengan
guru yang mengajarkan matematika? Yang perlu ia terapkan, selain
melakukan penghitungan yang benar, juga mengenai cara berfikir matematis
yang rasional, cara memecahkan masalah yang dalam matematika
menggunakan jalan tertentu dengan runut dan terukur, dll.
Ilmu yang
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari akan melekat pada diri orang yang
mengamalkannya tersebut, dalam istilah orang Jawa disebut ngelmu.
Selain itu, penerapan ini juga akan menambah luas pemahaman dan
kecintaan diri kepada ilmu yang diajarkan. Dengan kecintaan pada ilmu,
guru akan secara senang menjelaskan ilmunya kepada murid dengan metode
terbaik. Pemahaman yang luas akan sangat membantu guru dalam menjelaskan
ilmu yang diajarkannya kepada murid. Selain itu, pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari akan menjadi contoh nyata bagi murid dan contoh
adalah pola pengajaran yang paling baik.
5. Mempelajari Metode Mengajar Yang Efektif
Para ahli
pendidikan telah menemukan dan mengemukakan berbagai metode pengajaran
yang efektif. Metode pengajaran yang baik ini tidak hanya terbatas pada
metode pengajaran di dalam kelas, tetapi juga cara menjelaskan yang
efektif (face to face),
cara menjawab pertanyaan murid dengan efektif, cara mengoreksi
kesalahan yang efektif, dll. Seorang guru yang ingin menjadi profesional
tentulah perlu untuk mempelajari metode-metode ini dan menerapkannya di
dalam kelasnya atau dalam situasi lain saat mengajar kepada
murid-muridnya. Cara mengajar, mengatur situasi kelas, mengoreksi yang
efektif, dll telah banyak dibahas di bidang ilmu Psikologi Pendidikan
dan banyak buku atau artikel yang beredar tentang hal tersebut.
6. Mempelajari Murid Yang Diajar
Selain
perlu mempelajari metode ajar yang baik, guru juga perlu mempejari
aspek-aspek murid yang ia ajar. Pengenalan murid ini baik secara umum
maupun secara individu/personal. Misal, seorang guru yang mengajar
anak-anak remaja perlu tau semua aspek psikologis remaja secara umum,
selain itu ia juga perlu mengenal karakter dan sifat masing-masing murid
yang ia didik. Pengenalan ini akan lebih memudahkan guru dalam memilih
metode interaksi, metode penjelasan, metode menjawab, saat ia berhadapan
dengan muridnya. Selain itu, pengenalan ini akan lebih memudahkan guru
dalam mengimproviasi teori metode mengajar efektif yang mungkin kurang
cocok diterapkan pada muridnya dan ia bisa menemukan metode yang lebih
efektif untuk mengajar murid-murinya.
7. Memperhatikan Akhlak Murid
Ilmu tanpa
moral adalah buta. Pendidikan yang tidak mengindahkan akhlak peserta
didik akan menghasilkan generasi penerus yang berpotensi menghancurkan
peradaban masyarakat. Generasi yang suka minteri atau
orang pintar yang membodohi orang lain untuk kepentingannya sendiri
juga lahir dari pendidikan yang hanya mementingkan prestasi tanpa
mengindahkan akhlak peserta didik. Maka, sebagai pendidik, guru perlu
memperhatikan akhlak peserta didiknya. Tidak perduli materi ajarnya,
apakah guru matematika, sejarah, fisika, guru tetap harus memperhatikan
akhlak muridnya.
Selain itu,
guru tidak hanya bertanggung jawab untuk menyampaikan materi ajar
semata. Guru, jika ingin disebut profesional juga bertanggung jawab
tentang kualitas penangkapan materi ajar oleh murid atau tingkat
pemahaman murid. Imam Waqi’, guru Imam Syafi’i, rahimahumalloh mengajarkan
Imam Syafi’i bahwa ilmu adalah cahaya Alloh yang tidak akan
dianugerahkan kepada pelaku maksiat. Artinya, orang yang berakhlak jelek
tidak akan mendapatkan ilmu dengan sempurna. Ia mungkin mendapatkan
pengetahuan tetapi ia tidak akan menangkap esensi ilmu yang
dipelajarinya. Oleh karena itu penting bagi guru untuk memperhatikan
akhlak muridnya. Memperhatikan tidak hanya mengawasi tetapi juga
mendidikkan akhlak terpuji dan membetulkan jika terdapat akhlak tidak
terpuji.
8. Menerapkan 7 Kiat di Atas
Langkah
terkahir dan paling penting adalah menerapkan 7 kiat tersebut di atas
setiap hari. Ilmu tanpa amal/penerapan seperti pohon tanpa buah, artinya
kita tidak akan mendapatkan manfaat dari ilmu tersebut. Maka, setelah
mengetahui kiat-kiat tersebut, kita harus segera menerapkannya. Mungkin
di awal-awal kita akan merasa susah dan canggung. Mungkin juga saat awal
menerapkan kiat tersebut kita akan melakukan berberapa kesalahan. Itu
biasa sebagai proses belajar. Setelah terbiasa melakukan kiat-kita
tersebut, Insya Allah akan dirasakan manfaatnya. Aamiin...
Anda menyukai artikel diatas? Silahkan share dengan teman anda.
test...
BalasHapustesting.. :d
BalasHapus